Sunday, November 17, 2013

Le Métro: a collaboration project | Puppet Show & Audiovisual Performance

Le Métro
a collaboration project
Contemporary Puppet Show & Audiovisual Performance

Atieq SS Listyowati (Appreroom) | Performance Artist
Dani Iswardana (Wayang Beber Kota) | Visual Artist
Tri Ganjar Wicaksono (Wayang Beber Kota) | Puppeteer
Pandu Hidayat (CONTROL-Z) | Sound Art

Auditorium IFI Surabaya
Jl Ratna 14, blok c2, Komplek AJBS
Surabaya - Indonesia

Jumat 22 November 2013
Workshop 15.00 wib
Performance 19.00 wib

++++

SURABAYA, suaramerdeka.com - Sebagai bentuk dukungan kepada kesenian Indonesia, Institut Français d'Indonésie - centre de Surabaya atau IFI Surabaya akan menampilkan pentas kesenian wayang beber kontemporer bekerjasama dengan Appreroom, Jumat (22/11) pukul 19.00 di Auditorium IFI Surabaya, Jl. Ratna 14 komplek AJBS Surabaya

Pentas kolaboratif ini bertajuk "Le Métro", dipersembahkan empat seniman yaitu Dani Iswardana (visual artist), Tri Ganjar Wicaksono (dalang), Atieq SS Listyowati (performance artist), Pandu Hidayat (sound/video art).

"Pertunjukan ini akan didahului oleh workshop pengenalan wayang beber pada siang harinya, pk. 15.00. Seusai pentas, diadakan sesi diskusi. Acara terbuka untuk umum dan gratis," kata Pramenda Krishna A, bagian Budaya & Komunikasi IFI Surabaya.

Menuurutnya, kesenian wayang dipilih lantaran sudah mendarah daging dalam budaya Indonesia dengan berbagai jenisnya: wayang kulit, golek, orang, klitik dan beber. Jenis yang disebut terakhir merupakan titik awal dari.

"Sementara bagi sekelompok seniman muda, wayang beber adalah medium menarik bagi karya seni masa kini. Inilah yang akan ditampilkan oleh ke empat seniman yang berkolaborasi dalam kreasi terbaru mereka, "Le Métro", dengan sentuhan modern," katanya.

Wayang beber sebagai salah satu bentuk kesenian tradisional yang hampir punah dan kini menjadi 'anak tiri' dibanding wayang-wayang lainnya.

Padahal wayang beber yang diperkirakan lahir di masa Jayabaya (abad ke-9) bahkan sebelum Kerajaan Majapahit (abad ke-12) adalah 'cikal-bakal' keberadaan wayang klithik, wayang kulit, wayang golek dan sebagainya di Indonesia (konon semenjak wayang beber diubah oleh Sunan Kalijaga menjadi wayang kulit untuk menyamarkan figur manusia dalam gambar-gambar wayang beber). (Andika Primasiwi , RED / CN26)

No comments:

Post a Comment