Pandu Hidayat, Mempertemukan Pentas Wayang Suket dengan Musik Elektronik Kontemporer
Jogjanews.com -Sebuah pertunjukan apapun tidak pernah lepas dari suara latar atau ilustrasi musik yang membangun atmosfer atau memperkuat adegan suatu cerita. Seperti halnya, pementasan sebuah wayang tradisional.
Seperangkat gamelan lengkap dengan sindennya, mengiringi setiap lakon pewayangan yang dituturkan oleh sang dalang. Namun, pada pementasan Wayang Suket yang bertajuk “Kala, Kembalikan Bulan Kami” di rumah Ketjilbergerak, Rabu (25/4) malam, ilustrasi musik yang mengiringi tidak seperti pementasan wayang pada umumnya.
Kolaborasi antara apa yang disebut dengan tradisi dan kontemporer pada pementasan wayang ini sangat terasa. Bentuk wayang yang ditampilkan merupakan wayang-wayangan yang terbuat dari mendong atau jerami kering yang merupakan salah satu bentuk mainan anak tradisional. Demikian halnya dari segi penceritaan.
Cerita sang raksasa Kala Rau yang diambil dari legenda yang turun temurun. Namun musik yang dibawakan sangatlah kontras dengan itu. Bentuk musik yang mengiringi merupakan musik elektronik yang notabene adalah musik kontemporer yang kekinian.
Musik ilustrasi yang digarap oleh Pandu Hidayat ini membawa konsep-konsep kekinian yang jauh dari mainstream pementasan sebuah wayang. Akan tetapi, justru ini yang ingin di-mix kan, sehingga menjadi suguhan pementasan wayang yang unik.
Dari awal hingga akhir adegan, ilustrasi musik yang dikomposisi oleh Pandu Hidayat ini mengiringi lakon-lakon yang dimainkan dengan sampling-sampling musik elektronik. Seperti pada scene awal, saat sang kakek muncul, ia me-remix karya pianis John Cage, “Sonatas And Interludes For Prepared Piano V” untuk membangun atmosfer cerita untuk tahap introduksi alur. Suara-suara horor pada saat sang Kala Rau muncul pada klimaks cerita, ia buat dengan me-remix sampling vokal sinden yang ia dapatkan menjadi sebuah suara yang mempunyai kesan mistis dan membikin bulu kuduk para penonton berdiri.
Dan pada adegan anak-anak pada masa lalu si kakek, karya Pandu Hidayat, “Rasalama” mengiringi permainan tradisional “Jamuran” yang dimainkan oleh para pemain anak-anak. “Rasalama” merupakan komposisi instrumen musik tradisional Jawa, yaitu Slenthem, Gender, dan Siter Jawa yang di-mix-kan dengan musik elektronik. Komposisi musik tersebut dapat membangun suasana permainan “Jamuran” yang sarat dengan tradisi namun dibalut dengan konsep musik etnis eksperimental.
Jogjanews.com -Sebuah pertunjukan apapun tidak pernah lepas dari suara latar atau ilustrasi musik yang membangun atmosfer atau memperkuat adegan suatu cerita. Seperti halnya, pementasan sebuah wayang tradisional.
Seperangkat gamelan lengkap dengan sindennya, mengiringi setiap lakon pewayangan yang dituturkan oleh sang dalang. Namun, pada pementasan Wayang Suket yang bertajuk “Kala, Kembalikan Bulan Kami” di rumah Ketjilbergerak, Rabu (25/4) malam, ilustrasi musik yang mengiringi tidak seperti pementasan wayang pada umumnya.
Kolaborasi antara apa yang disebut dengan tradisi dan kontemporer pada pementasan wayang ini sangat terasa. Bentuk wayang yang ditampilkan merupakan wayang-wayangan yang terbuat dari mendong atau jerami kering yang merupakan salah satu bentuk mainan anak tradisional. Demikian halnya dari segi penceritaan.
Cerita sang raksasa Kala Rau yang diambil dari legenda yang turun temurun. Namun musik yang dibawakan sangatlah kontras dengan itu. Bentuk musik yang mengiringi merupakan musik elektronik yang notabene adalah musik kontemporer yang kekinian.
Musik ilustrasi yang digarap oleh Pandu Hidayat ini membawa konsep-konsep kekinian yang jauh dari mainstream pementasan sebuah wayang. Akan tetapi, justru ini yang ingin di-mix kan, sehingga menjadi suguhan pementasan wayang yang unik.
Dari awal hingga akhir adegan, ilustrasi musik yang dikomposisi oleh Pandu Hidayat ini mengiringi lakon-lakon yang dimainkan dengan sampling-sampling musik elektronik. Seperti pada scene awal, saat sang kakek muncul, ia me-remix karya pianis John Cage, “Sonatas And Interludes For Prepared Piano V” untuk membangun atmosfer cerita untuk tahap introduksi alur. Suara-suara horor pada saat sang Kala Rau muncul pada klimaks cerita, ia buat dengan me-remix sampling vokal sinden yang ia dapatkan menjadi sebuah suara yang mempunyai kesan mistis dan membikin bulu kuduk para penonton berdiri.
Dan pada adegan anak-anak pada masa lalu si kakek, karya Pandu Hidayat, “Rasalama” mengiringi permainan tradisional “Jamuran” yang dimainkan oleh para pemain anak-anak. “Rasalama” merupakan komposisi instrumen musik tradisional Jawa, yaitu Slenthem, Gender, dan Siter Jawa yang di-mix-kan dengan musik elektronik. Komposisi musik tersebut dapat membangun suasana permainan “Jamuran” yang sarat dengan tradisi namun dibalut dengan konsep musik etnis eksperimental.
Kontributor: Meita
No comments:
Post a Comment