Tuesday, August 18, 2015

Pandu Hidayat - Penyembah Sepi | Review

Kecepatan Sering Terlambat. Kadang.

Judul: Penyembah Sepi
Kategori: Seri Cerita Pendek
Penulis: Pandu Hidayat
Isi: 30 Halaman
Format: Digital (PDF)
Ilustrasi: Zarinka Soiko
Penerbit: Titikoma Press & Susu Ultrarock Records
Tahun Terbit: 2015
Katalog: tk#01 & Surr-Books#04
Lisensi: Creative Commons 4.0
Download: 
Klik di sini

Salah satu kelebihan dari sebuah e-book adalah bebasnya seorang penulis untuk mengekspresikan isi kontennya. Terlebih, jika dari awal proses seperti editing, layouting hingga distribusi buku digital tersebut dilakukan secara independen. Semacam punya kebahagiaan tersendiri telah melahirkan ‘anak’ dengan cara yang menyenangkan. Hal itu yang dilakukan oleh Pandu Hidayat, seorang pria yang juga dikenal dengan nama Kontroljet, nama aliasnya dalam skena musik Noise.

Penyembah Sepi berisikan 5 buah cerita pendek yang ditulis Pandu dalam rentang waktu 2012-2013. Seperti apa tulisan seseorang yang mahir dalam meracik bunyi drone, kaosilator serta berbagai macam alat-alat penimbul bunyi lainnya? Baiklah, saya akan memberi sedikit contekan sebelum kalian bisa menikmati sendiri buku ini setelah mengunduhnya.

Diawali dengan sebuah kisah mengenai seorang pria yang menemukan sosok baru yang dapat membuatnya kembali mengingat sepasang jendela dan masa lalu. Kemudian, kisah-kisah lainnya pun muncul dengan beragam setting, plot dan karakter pemerannya. Tapi yang jadi favorit saya adalah sebuah cerpen dengan judul Komposisi untuk Saya. Selain karena penggunaan  nama tokoh yang unik, plot yang dicipta oleh Pandu ini membuat saya berimajinasi mengenai salah satu bagian yang ada di dalamnya. Yaitu, pada saat kedua tokoh yang ‘bermain-main’ dengan sebuah piano, remasan kertas dan puisi yang merupakan ciptaan dari Pandu.

Secara keseluruhan, Penyembah Sepi merangkum berbagai macam kecemasan, memori masa lalu, peluang, kesepian, pengorbanan dan pertanyaan-pertanyaan tersirat tentang kehidupan yang masing-masing mempunyai porsi terbagi di dalam setiap cerpen.  Walaupun masih terdapat beberapa typo, namun hal ini mampu ditutupi dengan cara penuturan deskriptif Pandu yang baik dalam menggiring imajinasi pembacanya untuk masuk dan hanyut ke dalam ceritanya.



[Repost]
Teks: Annisa Maharani

Sumber: UNDAS.CO